Wednesday, August 6, 2014

Hold it Together

Sudah cukup lama saya tak menulis, bukan karena saya mati ide, namun saya terjerumus dalam pekerjaan, waktu tersita dalam pekerjaan yang terus menerus di teror deadline. Selain daripada itu saya tak pernah kunjuung mendapatkan kata kata yang tepat untuk mengungkapkan semua yang ada di pikiran saya, dan apa yang saya rasakan.

Malam ini saya mencoba untuk kembali mencurahkan perasaan saya, kembali mencoba mengurai kata kata yang sudah lama tersusun di dalam kepala namun tak kunjung keluar dari persembunyian nya, mencoba untuk menceritakan satu persatu kejadian yang terjadi dalam hidup saya sejak postingan terakhir saya.

Entah kenapa semakin lama saya hidup terpisah dari Ven rasa nya semakin sulit untuk diterima dalam akal sehat dan logika saya apalagi diterima oleh perasaan saya. Setiap kali kami bertemu kegalauan saya hilang namun begitu kami terpisah lagi, saya semakin sulit untuk men-detached pikiran dan badan saya dari Ven. Rasa sulit berpisah nya semakin lama semakin meningkat sehingga rasanya sudah tak bisa di tolerir lagi oleh saya. Contoh nya sekarang ini, saya baru saja menghabiskan waktu libur Lebaran saya di kota dimana Ven tinggal dan malam ini kerinduan saya sudah memuncak tak tertahan kan...bukan rindu yang berbau mesum tapi rindu kebersamaan nya, rindu canda kecil kami, rindu tawa nya yang renyah, rindu akan diri saya ketika bersama Ven.

Saya menyadari ini adalah konsekuensi yang harus di hadapi ketika kami memutuskan untuk bersama, dan rasanya tak adil bila saya terus menerus merasa seperti ini. But its all starting to eating me out from inside, saya bukan tipe orang yang bisa sendiri, itu saya sadari sekarang. Saya tipe orang yang sangat sangat kolot dimana saya mendamba rumah yang hangat ketika saya pulang kantor, dimana say abisa mendapatkan kehangatan dan ketenangan di akhir hari saya...dan buat saya kehangangatan itu ada di Ven...rumah yang hangat yang saya dambakan adalah Ven. Karena sesungguh nya saya tak begitu suka keramaian, ketika saya pulang saya hanya mau bersama Ven, berbagi cerita keseharian saya, berbagi tawa, dan bercengkrama di kamar kost saya yang kecil ini. Dan saya tak mendapatkan itu sekarang...karena Ven belum bisa pindah ke Jakarta...

Dan ketika malam tiba, ketika saya menyudahi hari saya di kantor...pulang ke kamar kost yang hanya di isi oleh saya terasa sangat menyiksa, hampir setiap malam saya menangis karena saya merasa...lonely. Saya pun sudah menceritakn hal ini kepada Ven brulang kali, dan berulang kali pun dia speechless tak bisa berkata kata karena dia mengerti bahwa solusi dari masalah saya hanya lah kehadiran nya di Jakarta yang mana belum bisa dia laksanakan at least hingga tahun depan.

Jadi sekarang saya hanya bisa pasrah, berusaha keras untuk hold it together, demi Ven..demi hubungan kami...demi cinta saya untuk Ven yang teramat besar. Meskipun effort tersebut tak selalu berhasil dan saya masih tetap mengalami masa masa seperti sekarang ini...namun saya masih mau berusaha..karena paling tidak saya masih punya harapan...harapan bahwa saya akan bersama dengan Ven tak lama lagi....hanya hitungan bulan...so yeah...Hold it together girl, i can do it!

Sunday, May 18, 2014

Rumah yang hangat

Rumah yang hangat
Artinya rumah yang ada kamu di dalam nya

Rumah yang hangat
Artinya ada cinta mu di dalam nya

Ketika hari ku usai, dan ketika hari ku terasa berat
Yang ku ingin kan hanyalah pulang ke Rumah Yang Hangat

Bersenda gurau, berbicara, membuka lapisan demi lapisan diri kita dalam keintiman
aku mengenal mu, kamu mengenal aku
itu adalah isi dari Rumah yang Hangat yang kudambakan

Akhir akhir ini rumah ku tak hangat
aku tidur dalam dingin nya malam, aku makan dalam kesendirian ku
aku bekerja dalam ruang kosong

Aku ingin kamu ada disini
aku ingin pulang pada mu
kamu...
Si Rumah Yang Hangat.

Friday, March 14, 2014

LDR vs LT

Sudah setahun lebih sembilan hari saya menjalani hubungan bersama Ven dengan berjauhan alias LDR (Long Distance Relationhip). Percaya kata kata saya bahwa menjalani LDR ini bukan lah sesuatu yang mudah untuk dijalankan. Beberapa prinsip dalam hubungan mungkin bisa dikatakan mudah bila kita berjauhan, sebut saja kita masih bisa melakukan hal hal yang menjadi kesukaan kita atau kita bisa bekerja hingga larut malam tanpa khawatir kena omel pasangan karena pasangan sdh sedari td menunggu kita dirumah, atau mungkin kita bisa pergi hang out dengan teman teman kita. Tapi saya tidak memungkiri bahwa menjalani ini semua bukan lah sesuatu yang mudah untuk saya yang mungkin sudah terbiasa melihat pasangan saya setiap hari.

Ven yang tinggal di kota yang berjarak 1 jam dari kota saya, (ini pake pesawat loh yah pergi nya teman teman) membuat saya untuk mempunyai effort lebih untuk mengenal dia secara utuh, effort secara moril maupun materil. Tak pelak lagi kadang saya merasa sangat  sangat capek dengan berjauhan seperti ini, tapi sekali lagi saya selalu di ingatkan kepada commitment yang telah saya buat ketika saya memutuskan untuk menicntyai ven dengan segala konsekuensi yang timbul.

Salah satu rintangan terbesar yang saya temukan dalam menjalani LDR adalah rasa bahwa saya tak cukup mengenal pasangan saya luar dan dalam. Kenapa saya merasa seperti itu?karena rasanya banyak detail detail kecil yang justru membuat saya mengenal pasangan saya itu terlewati setiap hari nya. Lets say detail detail itu adalah bagaimana raut muka nya ketika dia bahagia, ketika dia kesal dengan keadaan kantor nya, serta raut muka nya ketika dia marah kepada saya karena mungkin hal hal yang membuat dia sebel, atau mungkin juga raut muka nya ketika kami sedang bercengkarama di depan televisi sambil menikmati makan malam kami sambil mendengarkan celoteh nya mengenai kegiatan dia hari itu. Hal hal yang seperti saya sebutkan tadi mungkin bagi sebagian kecil pasangan diluar sana atau bahkan mungkin bagi pasangan saya sendiri adalah hal kecil yang harus tidak menjadi perhitungan dalam berkeluh kesah tentang LDR, tapi buat saya pribadi...justru hal hal kecil tersebut yang membuat saya belingsatan tak menentu.

Kalau cemburu?mungkin saya dan Ven sudah melewati masa masa cemburu, well at least saya tidak pernah merasa cemburu karena saya percaya dengan pasangan saya...meskipun saya cukup trauma dengan issue kepercayaan yah..tapi Ven somehow bisa membuat saya yakin dengan diri nya. Jadi klo masalah cemburu cemburu
an itu bukan faktor terbesar dalam hubungan saya.

Financial?mau tidak mau masalah financial ini berpengaruh cukup banyak, terutama saya harus selalu mempunyai dana untuk paling tidak bertemu kekasih hati saya ini sebulan sekali, dan ini cukup membuat profit margin saya minus, lohhh jadi ngomongin budget saya inihhh...hihihi. Anyway, tidak hanya kantong saya yang semakin menipis, tapi kantong pasangan saya juga ikutan menipis karena saya tidak pernah tahan untuk tidak bertemu dalam waktu kurun waktu jauh lebih lama dari 2 bulan. Padahal kami berdua sudah waktu nya menabung untuk masa depan.

Apalagi?hmmm mungkin hanya dua hal yang membuat saya agak  terseok seok dalam menjalani LDR ini. Saya sedang berusaha untuk jauh lebih lapang hati dan menanti saat yang tepat untuk pasangan saya pindah ke kota saya dan tinggal bersama.

Masuk ke LT atau Living Together, atau beberapa orang termasuk saya, tinggal bersama dengan pasangan lebih banyak baik nya daripada buruk nya. Kenapa?Karena buat saya pertama, secara financial jauh lebih hemat daripada LDR yang mengharuskan kita mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk wakuncar. Kedua, dengan tinggal dalam satu atap kita akan jauh lebih mengenal siapa pasangan kita luar dalam, lets say kita jadi tahu kalau pasangan kita ini kalau pagi demen nya kentut tak berkesudahan, atau kebiasaan kecil dalam menaruh handuk setelah selesai mandi atau kebiasaan makan pasangan yang harus di sertai kerupuk mungkin. Hal hal yang tidak di dapatkan ketika kita hanya bertemu 2 hari ketika masih LDR. Ketiga, kita belajar untuk hidup dalam sebuah kompromi, karena saya akui di dalam satu atap ada 2 pikiran , 2 otak yang mungkin kadang tak selalu sejalan, kita belajar untuk berkompromi dengan kondisi yang ada, belajar berbagi, melatih kesabaran kita, dan belajar untuk jauh lebih menghargai apa yang kita punya bersama.

Buat saya, itu lah keuntungan kita Living Together dengan pasangan. Well untuk saat ini, saya tidak pernah menemui rintangan yang cukup berarti dengan tinggal bersama pasangan saya, buat saya semakin berbeda kami, semakin beragam pemikiran di dalam satu rumah, semakin dinamis hubungan nya, dan semakin saya merasakan bahwa kehadiran kami satu sama lain adalah untuk saling melengkapi.

Saya tidak menyarankan untuk lebih memilih tinggal bersama dengan pasangan, karena saya mengerti bahwa situasi dan kondisi kita berbeda beda. Yang mana pun yang dipilih mau LDR beda pulau, beda kota, atau beda RT,RW, Kelurahan, atau pun kabupaten...maupun Tinggal satu atap pilihan yang di pilih haruslah atas kesadaran dan didukung oleh commitment yang dibangun oleh kita sendiri tanpa ada paksaan dari pihak manapun. karena pilihan manapun yang mau dipilih diperlukan commitment untuk menjalani nya, karena tanpa ada commitment...Mau di bawa kemana hubungan kita?

Tuesday, February 4, 2014

How Long Will You Wait?

Postingan kali ini di sponsoari oleh curhatan tengah malam penuh tangis darah oleh teman saya yang straight. Mungkin curhatan nya juga bisa berlaku di kehidupan percintaan Lesbian.

Judul diatas adalah salah satu kalimat pertanyaan yang saya lontarkan kepada teman saya ketika dia curhat menceritakan kehidupan percintannya yang mulai dilanda kepelikan. Masalahnya sebenernya buat saya tidak pelik, namun tolak ukur pandang masing masing pribadi terhadap suatu masalah kan beda beda yah. 

Teman saya ini sudah berpacaran dengan seorang pria asal Australia, seorang Duda yang belum secara resmi bercerai dari istri nya dan mempunyai 3 orang anak, umur ya jauh diatas umur teman saya ini. Teman saya belum pernah menikah dan sangat mencintai pria ini sehingga dia merelakan karier nya di Indonesia yang sudah cukup mapan untuk tinggal bersama pria pilhan nya ini. Yang menjadi masalah disini adalah dari keluarga teman saya, keluarga nya mulai merongrong dengan pertanyaan dan permintaan untuk segera menikah di tahun 2014 ini juga, keinginan keluarga nya sudah dia sampaikan kepada sang kekasih namun jawabannya mengecewakan, sang kekasih tidak siap untuk menikahi teman saya karena pada dasarnya dia trauma pada lembaga pernikahan, yang menjadi masalah lagi adalah belum resmi nya perceraian sang kekasih dengan mantan istri nya, dimana sang pria berdalih bahwa proses perceraian sangat sulit karena dia harus membagi harta dengan sang mantan istri. Singkat kata sang pria tidak siap dengan segala pilihan yang di hampar kan oleh teman saya ini.

Dari curhatan teman saya diatas tadi, saya ingin bertanya...sampai kapan dia harus menunggu?teman saya sudah berumur diatas 30, harus berapa lama dia menunggu?2 tahun?3 tahun?4 tahun?5 tahun?10 tahun?lalu ternyata setelah menunggu selama itu hubungan mereka kandas ditengah jalan, lalu teman saya bagaimana?.

Pertanyaan diatas juga saya implementasikan kepada para teman teman lesbian saya, sampai kapan kalian akan menunggu orang yang kalian cintai berubah?sampai kapan kalian menunggu dia siap untuk ber commitment jauh lebih dalam dengan kalian?Jawabannya cuman satu dari saya yaitu bila ditanya soal kesiapan ber commitment, semua orang akan menjawab tidak siap...semua orang tidak akan pernah siap untuk ber commitment yang ada adalah mau atau tidak nya orang itu berusaha untuk meng commit diri nya sendiri pada jalan yang dia sudah pilih. Lalu untuk pertanyaan samapi kapan kalian harus menunggu pasangan kalian untuk berubah?Jawaban saya juga cuman satu untuk pertanyaan itu, jangan pernha mengharapkan seseorang berubah demi kita, apakah kalian lupa bahwa kalian tertarik dengan pribadi dia yang memang seperti itu ada nya?menginginkan seseorang berubah sesuai dengan kita merupakan kesalahan yang paling umum di lakukan para pasangan, harusnya kita sebagai pasangan, sebagai partner, kita harus bisa menerima segala minus dan plus pasangan kita, dan berusaha bagaiman bahwa dengan pribadi kalian yang sangat bertolak belakang tapi bisa saling melengkapi gap yang timbul sehingga kalian bisa melebur menjadi satu.

Mungkin kata yang tepat bukan merubah pasangan kita menjadi seperti apa yang kita mau...tapi lebih tepat nya mengembangkan pribadi yang ada menjadi jauh lebih baik lagi...nah kalau kata kata nya sepert ini saya suka. Lagian daripada repot repot merubah seseorang menjadi seperti apa yang kita mau, mendingan kita cari sesorang yang benar benar sesuai dengan apa yang kita mau...bukan begitu temans?\


Tuesday, October 1, 2013

Love is Blind..is it?

Ketika kita jatuh cinta, saya yakin kita mendadak buta...dalam sekejap kita menjadi orang yang sangat mengerti isi kepala pasangan kita, memahami semua sifat dan perilaku pasangan kita. Kita secara tidak sadar hanya fokus kepada apa yang kita anggap kebenaran dan kenyataan yang kita dapat dari pasangan kita tanpa menghiraukan faktor faktor lain di sekelilin gkita dan pasangan kita. Inti nya semua terlihat indah, well yah meskipun tidak akan terasa dan terlihat indah selalu namun apa yang kita lihat dan kita rasa di saat kita jatuh cinta, adalah sebuah kebenaran yang hakiki.

Namun ketika rasa cina itu terkikis, hilang tak berbekas...mata kita mulai terbuka perlahan, apa yang tadinya secara tidak sadar kita tutupi, kita hilangkan, kita "tidak mau lihat" perlahan terlihat dengan jelas...satu persatu hal tersebut mulai muncul bagaikan serangan fajar pasukan penjajah memborbadir tidak berkesudahan. Dan kita pun mulai berpikir "i don't know what i'm thinking when i was with her, as if i was blind back then", well my friends...we are all blind when we're in love.

Dalam postingan saya kali ini saya cuman mau mengingatkan bahwa cinta boleh buta, tapi jangan sampai kita membutakan logika, cinta siy cinta...tapi kita harus tetap dapat memandang jernih semua pokok persoalan. Ini merupakan nasihat buat saya juga, saya juga "korban" si cinta buta ini kok. Saya hanya mengitung sejarah saya pacaran sama perempuan yah, kalau pacaran sama laki laki mah ngga pernah saya mau hitung karena judul nya ketika jaman jaman saya pacaran sama cowo itu adalah pembohongan publik...hihihihi. Well lets continue, Sejarah saya pacaran sama perempuan bisa dibilang di dominasi dengan yg nama nya "cinta buta", dan hasil nya? SAKIT.

Percintaan saya kali ini dengan Ven apakah termasuk dalam cinta versi "cinta buta" atau tidak?saya tidak tahu, tapi say amerasa kali ini dengan Ven kami memulai nya dengan lembara yang benar benar baru, lembaran kosong yang hanya ditulis oleh saya dan Ven. Yang manis manis antara saya dan Ven yah tetep manis..yang busuk dan jelek jelek soal saya atau Ven yah kita buka kepada satu sama lain.
Saya ngga mau lagi jadi korban "cinta buta" lagi. Cukup dengan 2 pacar perempuan terdahulu saya saja lah saya buta...kali ini saya ingin melihat dengan jelas.

Cinta itu buta..tapi kita masih bisa melihat dan berpikir kan?

Monday, May 13, 2013

Dendam...Angkara Murka...Bermuram Durja

Melalui satu masa kelam hanya untuk menemukan ujung cahaya terang
Betapa hidup tak kunjung bermain teka teki dengan ku
Ahh aku lupa...masa kelam tak hanya satu yang kulewati
Kayuhan perahu hidup ku melewati banyak ombak dan cuaca kelam
Tapi sekali lagi...setelah badai mereda, aku selalu melihat ke depan
Melupakan saat2 kelam, ombak tinggi, badai menggelegar di lautan hidup ku

Mungkin bukan melupakan...tapi aku mengayuh terus perahu Kehidupan ku
membiarkan perahu ku berjalan menuju sinar terang itu.
Semua dendam...semua angkara murka yang membuat ku bermuram durja sudah ku singkirkan
tersingkir namun tetap ada di ujung pandangan mata
Aku tak lagi bermuram durja...aku mensyukuri adanya dendam dan angkara murka yang berkecamuk di dadaku
Karena tanpa ada semua rasa itu, aku tak kan menemukan malaikat ku
Penyelamat...Sang Sinar Terang di ujung horison hidup ku.
Surgawi yang kurasakan di dunia fana...

Dendam...Angkara Murka...dan Muram Durja...kalian masa lalu ku...


Tuesday, April 23, 2013

Moment moment kecil bersama mu....

Saya dan Ven memang belum lama mengenal satu sama lain...dari mulai berkenalan..PDKT...sampe akhirnya memutuskan untuk pacaran waktu nya sangat singkat. Saya berjalan di jalur cepat dengan Ven...sama hal nya dengan yang saya lakukan dulu dengan Alesha. Bukan maksud hati untuk selalu membandingkan Ven dengan Alesha...namun dari cara saya berkenalan,menyukai,menyatakan cinta ke Ven, prosesnya hampir sama dengan proses saya dulu ke Alesha...meskipun dulu saya masih amatir yah...karena Alesha adalah pacar perempuan pertama saya.

I am fully aware that we both has a lot of things in common...tapi banyak juga perbedaan perbedaan yang sangat mendasar diantara saya dan Ven. Namun perbedaan itu tidak pernah saya ambil pusing...semakin berbeda..rasanya semakin beragam hubungan saya dan Ven. Namun prinsip kami dalam menjalani hubungan ini sama...kami sama sama mencari rumah...mencari pelabuhan terakhir...mencari pohon untuk bersandar dan memandang luas ke depan...duduk berdua...dan berharap bahwa kami adalah orang terakhir bagi masing masing dalam hidup ini. Yah boleh dikata kami sangat optimis, khayalan kami mungkin bisa di bilang jauh dari kenyataan..atau..keinginan kami ini adalah keinginan yang sebatas imajinasi saja. Namun buat saya dan Ven niat kami yang tulus ini merupakan harapan...harapan yang saya rasa menjadi basic kami dalam saking mencintai, saling menyayangi, saling menghormati, saling jujur, dalam mengarungi lautan bersama.

Saya juga mengakui bahwa saya belum tahu banyak hal mengenai Ven...dan sudah pasti banyak hal yang juga Ven tidak ketahui soal saya. Meskipun begitu, saya berusaha untuk membuka buku saya untuk Ven baca dan mengerti...membalik kan halaman demi halaman masa lalu saya, dan menulis di  halaman halaman masa depan saya bersama dia, saya berusaha untuk menyajikan apa yang tersirat dan terlihat mengenai saya, masa lalu saya, lingkungan saya, keluarga saya, teman teman saya, pekerjaan saya, semua hal tentang Ruben yang tidak semua orang tahu...

Saya menumpuk, mengingat, mengumpulkan setiap moment moment saya bersama Ven, dari mulai yang paling sederhana sampai moment paling intim yang saya punya bersama dia. Mungkin Ven tak pernah tahu betapa saya terjatuh dan meleleh ketika dia memanggil saya dengan "Love" padahal waktu itu kami belum sekalipun bertatap muka...Ven juga mungkin tidak pernah tahu bahwa saya sangat khawatir dengan hubungan kami karena sejarah pertemuan kami, dikenalin di Twitter, hal itu membuat saya teringat kisah masa lalu saya...hubungan yang di paksakan sehingga saling menyakiti..dan membuat korban berjatuhan dengan tangis dan darah (Ok klo ini saya sedikit lebay), betapa saya khawatir bahwa saya akan melakukan kesalahan yang sama, terjatuh dalam lubang yang sama dan menyakiti Ven...karena saya tahu..Ven pantas mendapatkan cinta yang kekal. Dan mungkin Ven juga tak tahu betapa saya sangat meragu dengan hubungan kami yang berjauhan, berpikir apakah saya bisa...berpikir bahwa apakah Ven bisa...namun semua keraguan itu hilang..karena saya sekarang saya yakin kami bisa.

Ven juga mungkin tak pernah tahu bahwa saya memotret di otak saya ketika kami dalam kedekatan yang sangat intim...setiap lekuk tubuh nya, setiap desahan suara nya, setiap ekspresi yang dia keluarkan ketika saya menyentuh nya...mencium nya..mencumbu nya...dan saya ingat ketika malam terakhir kami bersama saya menitikkan airmata, karena pada saat itu saya merasa akan kehilangan kekasih hati saya...seseorang yang baru saja saya temukan...di malam itu saya menyatakannya....saya membiarkan dia mengetahui apa yang saya rasakan...Saya mengucapkan "I Love you". Kata kata yang selalu saya sulit ucapkan..namun rasanya adil buat Ven apabila dia tahu betapa saya jatuh cinta kepada nya.

Saya berharap Ven menjadi yang terakhir buat saya, dan saya juga berharap kami akan terus menciptakan moment moment kecil sepanjang perjalanan kami berdua. Kali ini saya akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan apa yang saya punya dengan Ven, dan saya tidak akan melakukan kesalahan yang sama seperti yang lalu lalu...saya mau ini bertahan lama...karena kami punya banyak mimpi bersama...ya...ya...mimpi kami yang sepertinya adalah khayalan tingkat tinggi buat orang lain...tapi saya sudah tidak peduli lagi apa kata orang...mereka bisa bicara apa saja mengenai kami, mengenai saya, mengenai Ven..tapi yang tahu adalah kami...Saya, dan Ven...

PS: My Dear Ven, hold my hand, let us walk with our head up high....and lets build our own home, home with only one room....room only for us. I love you baby, cant wait to see u...